Keutamaan memaafkan dan hikmah menahan marah bagi seorang muslim adalah merupakan bagian dari tanda ciri orang-orang mukmin. Untuk itulah pentingnya mengetahui akan kemuliaan keutamaan menahan marah itu sendiri.
Nasehat wasiat nabi Rasulullah Muhammad SAW untuk jangan marah juga tersebut dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari yang artinya :
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam: “Berilah wasiat kepadaku”. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: "Janganlah engkau marah". Maka diulanginya permintaan itu beberapa kali. Sabda beliau: "Janganlah engkau marah".
Memang
sifat marah merupakan tabiat yang tidak mungkin luput dari diri manusia, karena mereka memiliki nafsu yang cenderung ingin selalu dituruti dan enggan untuk diselisihi keinginannya.
Bersamaan dengan itu, sifat marah merupakan bara api yang dikobarkan oleh setan dalam hati manusia untuk merusak agama dan diri mereka, karena dengan kemarahan seseorang bisa menjadi gelap mata sehingga dia bisa melakukan tindakan atau mengucapkan perkataan yang berakibat buruk bagi diri dan agamanya.
Oleh karena itu, hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang bertakwa, meskipun mereka tidak luput dari sifat marah, akan tetapi kerena mereka selalu berusaha melawan keinginan hawa nafsu, maka merekapun selalu mampu
meredam menahan kemarahan karena Allah.
Diantara
keutamaan kemuliaan menahan marah terdapat dalam pada Al Quran yang artinya :
"(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS Ali Imran: 3)
Hal ini juga maksudnya adalah bahwa jika mereka disakiti orang lain yang menyebabkan timbulnya kemarahan dalam diri mereka, maka mereka tidak melakukan sesuatu yang diinginkan oleh watak kemanusiaan mereka (melampiaskan kemarahan), akan tetapi mereka (justru berusaha) menahan kemarahan dalam hati mereka dan bersabar untuk tidak membalas perlakuan orang yang menyakiti mereka.
Marah merupakan sikap yang tak baik bagi setiap manusia. Jika seseorang memiliki sikap marah maka sering kali ia dapat stigma negatif sebagai pemarah. Perlu dipahami bahwa sikap pemarah dampaknya sangat besar bagi kehidupan. Orang yang pemarah akan menjadi orang yang sangat sensitif.
Demikian juga biasanya pemarah tidak mempunyai banyak teman. Karena sikapnya yang pemarah maka orang-orang akan menjauh darinya, boleh jadi rezekinya pun begitu. Mengapa demikian? Karena, rezeki itu bukan langsung diberikan atau diturunkan Allah begitu saja kepada kita, melainkan lewat orang di sekitar kita dengan berbagai cara. Maka, disebabkan hal-hal yang demikian Rasulullah dengan tegas melarang kita agar tidak marah.
Sebalikanya, sikap ramah dan pemaaflah yang seharusnya kita munculkan bagi setiap orang. Tentunya, dengan menjadi orang yang ramah teman akan banyak dan begitu juga jalan rezeki yang insya Allah, akan banyak dan mudah. Karena, satu di antara sekian banyak kerugian dari seorang pemarah adalah memiliki musuh yang banyak dan begitupun sebaliknya.
Tips Cara Menahan Menghilangkan Marah
Ada beberapa
cara kiat tips cara menghilangkan marah yang bisa dilakukan seorang muslim diantaranya adalah seperti yang disebutkan oleh Syekh Abdul Azis bin Fathi as-Sayyid Nada dalam kitab Mausuu'atul Aadaab alIslamiyah terkait dengan
adab adab berkaitan dengan marah :
Jangan Marah, Kecuali Karena Allah SWT Menurut Syekh Sayyid Nada, marah karena Allah merupakan sesuatu yang disukai dan mendapatkan amal. Misalnya, marah ketika menyaksikan perbuatan haram merajalela. Seorang Muslim yang marah karena hukum Allah diabaikan merupakan contoh marah karena Allah.
"Seorang Muslim hendaknya menjauhi kemarahan karena urusan dunia yang tak mendatangkan pahala," tutur Syekh Sayyid Nada. Rasulullah SAW, kata dia, tak pernah marah karena dirinya, tapi marah karena Allah SWT. Nabi SAW pun tak pernah dendam, kecuali karena Allah SWT.
Berlemah Lembut Dan Tak Marah Karena Urusan DuniaSyekh Sayyid Nada mengungkapkan, sesungguhnya semua kemarahan itu buruk, kecuali karena Allah SWT. Ia mengingatkan, kemarahan kerap berujung dengan pertikaian dan perselisihan yang dapat menjerumuskan manusia ke dalam dosa besar dan bisa pula memutuskan silaturahim.
Mengingat Keagungan Kebesaran Dan Kekuasaan Allah SWT"Ingatlah kekuasaan, perlindungan, keagungan, dan keperkasaan Sang Khalik ketika sedang marah," ungkap Syekh Sayyid Nada. Menurut dia, ketika mengingat kebesaran Allah SWT, maka kemarahan akan bisa diredam. Bahkan, mungkin tak jadi marah sama sekali. Sesungguhnya, papar Syekh Sayyid Nada, itulah adab paling bermanfaat yang dapat menolong seseorang untuk berlaku santun (sabar).
Menahan Dan Meredam Amarah Jika Telah Muncul.
Syekh Sayyid Nada mengungkapkan, Allah SWT menyukai seseorang yang dapat menahan dan meredam amarahnya yang telah muncul. Allah SWT berfirman, " … dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memberi maaf orang lain, dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS Ali Imran:134).
Berlindung Kepada Allah Ketika MarahNabi SAW bersabda, "Jika seseorang yang marah mengucapkan; 'A'uudzu billah (aku berlindung kepada Allah SWT, niscaya akan reda kemarahannya." (HR Ibu 'Adi dalam al-Kaamil.)
DiamRasulullah SAW bersabda, "Ajarilah, permudahlah, dan jangan menyusahkan. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaklah ia diam." (HR Ahmad). Terkadang orang yang sedang marah mengatakan sesuatu yang dapat merusak agamanya, menyalakan api perselisihan dan menambah kedengkian.
Mengubah Posisi Ketika MarahMengubah posisi ketika marah merupakan petunjuk dan perintah Nabi SAW. Nabi SAW bersabda, "
Jika salah seorang di antara kalian marah ketika berdiri, maka hendaklah ia duduk. Apabila marahnya tidak hilang juga, maka hendaklah ia berbaring." (HR Ahmad).
BerwudhuMenurut Syekh Sayyid Nada, marah adalah api setan yang dapat mengakibatkan mendidihnya darah dan terbakarnya urat syaraf. "Maka dari itu, wudhu, mandi atau semisalnya, apalagi mengunakan air dingin dapat menghilangkan amarah serta gejolak darah," tuturnya.
Memberi Maaf Dan BersabarOrang yang marah sudah selayaknya memberikan ampunan kepada orang yang membuatnya marah. Allah SWT memuji para hamba-Nya "... dan jika mereka marah mereka memberi maaf." (QS Asy-Syuura:37).
Memaafkan merupakan bagian dari akhlak mulia yang diajarkan Rasulullah SAW kepada umatnya. Abdullah al-Jadali berkata, "Aku bertanya kepada Aisyah RA tentang
akhlak Rasulullah SAW, lalu ia menjawab, 'Beliau bukanlah orang yang keji (dalam perkataan ataupun perbuatan), suka kekejian, suka berteriak di pasar-pasar atau membalas kejahatan dengan kejahatan, melainkan orang yang suka memaafkan." (HR Tirmidzi).
Dan ini juga adalah bagian dari
hikmah manfaat keutamaan memaafkan dalam Islam itu sendiri yang diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW juga.
Umat Islam diperintahkan untuk memaafkan kesalahan orang lain kepadanya. Rasulullah SAW bersabda, "Orang yang hebat bukanlah orang yang menang dalam pergulatan. Sesungguhnya orang yang hebat adalah orang yang (mampu) mengendalikan nafsunya ketika marah. Memaafkan dan mengampuni juga merupakan perbuatan yang diperintahkan Sang Khalik kepada umatnya.
Rasulullah saw. juga bersabda: “Apabila salah seorang di antara kalian sedang marah dalam keadaan berdiri, hendaklah dia duduk jika kemarahan itu dapat hilang. Apabila (kemarahan) itu tidak hilang, hendaklah dia berbaring (HR Abu Dawud dari Abu Dzar)”.
Menahan marah itu memang tidak mudah mengingat sumber amarah itu berasal dari setan. Namun, kabar baiknya, selain menyehatkan badan dan pikiran,
menahan marah mampu mendatangkan barakah.
Seperti
kata-kata hikmah Umar bin Khattab, “Aku mencari keberkahan dari sebagian besar pintu-pintu rezeki dan tidaklah kutemukan keberkahan itu selain dari sabar, “ (Umar bin Khattab ra).